Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur
Th.400 M
(Kerajaan Hindu)
Raja yang
pertama : Kudungga
Kerajaan
Tarumanegara di jawa Barat
Th.500 M
(Kerajaan Hindu)
Raja Yang
Terkenal : Purnawarman
Kerajaan
Kalingga di Jepara (Jawa Tengah)
Th,640 M
(kerajaan Budha)
Raja yang
terkenal : Ratu Shima
Kerajaan Mataram
di Jawa tengah
Th.732 M
(Kerajaan Hindu)
Raja yang
terkenal : Balitung
Kerajaan
Sriwijaya di Palembang
Abad VII
(kerajaan Budha)
Raja Pertama :
Sri Jayanaga
Raja yang Terkenal
: Balaputra Dewa
Kerajaan Medang
di jawa Timur
Abad IX
(Kerajaan Hindu)
Raja yang
terkenal : Empu Sendok
Kerajaan
Kahuripan di Jawa Timur
Th.1073 M
(kerajaan Hindu)
Raja Yang
Pertama dan Terkenal : Airlangga
Kerajaan Kediri
di Tepi S.Brantas Jawa Timur
Abad XII
(kerajaan Hindu)
Raja Yang
Terkenal : Jaya Baya
Kerajaan
Singasari di jawa Timur
Th. 1222-1292 M
Raja Yang
Pertama : Sri Rajasa (ken Arok)
Raja Yang
Terkenal : Kartanegara(Joko Dolok)
Kerajaan
Majapahit di delta Brantas
Th. 1293-1520
(Kerajaan Hindu)
Raja Yang
Pertama : R. Wijaya
Raja yang Terkenal : Hayam Wuruk
Patih Yang
Terkenal : Gajah Mada
Kerajaan
Pajajaran di Priangan (jabar)
Raja Yang
Pertama : Sri Baduga Maharaja
Raja Yang
Terkenal : Prabu Sedah
Kerajaan Demak
di Jawa Tengah
Raja yang
Pertama : Raden Patah (Sultan Bontoro)
Raja Yang
Terkenal : Sultan Trenggono
Kerajaan Pajang
di sebelah barat Surakarta
Th. 1568-1586
(Kerajaan Islam)
Raja Yang
Pertama : Joko Tingkir ( S. Hadiwijoyo)
Raja Yang
Terkenal : Ario Pangiri
Kerajaan Mataram
islam di kota Gede (Yogyakarta)
Raja Yang
Pertama : Sutawijaya (panembahan Senopati)
Raja Yang
terkenal : Sultan Ageng
Kerajaan Banten
di Jawa Barat
Th. 1556-1580
(Kerajaan Islam)
Raja Yang
Pertama : Hasanudin
Raja Yang
Terkenal : Sultan Agung
Candi Candi di Indonesia
Candi Borobudur
Candi
Boroubudur, dimana candi pernah masuk sebagai 7 keajaiban dunia. Candi yang
dibangun pada masa kerajaan dinasti Syeilendra.Terletak di desa bernama
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.Kita bisa ke desa Borobudur dari Yogyakarta
menggunakan kendaraan dengan jarak tempu sekitar 1 jam. Candi ini disusun
dengan menggunakan balok batu beserta design arsitektur yang luar biasa megah,
susunan relief atau patung-patung yang mengelilingi candi. Candi termasuk candi
Budha terbesar di dunia.
Candi Prambanan
Candi Prambanan
salah satu candi yang terbesar agama Hindu.terletak di 13km arah Klaten, dan
17km dari arah Yogyakarta. Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu halaman
pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman paling suci karena halaman
tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3 candi perwara, 2 candi
apit, 4 candi kelir, 4 candi sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur
sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat
224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68,
60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan yang konsentris menuju
halaman pusat.
Candi Mendut
Candi Mendut
terletak 3km dari arah borobudur, candi yang berlatarbelakang agama Budha ini
terletak di desa mendut. Candi mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra
dari Dinasti Syeleindra.Dibangun pada tahun 824 Masehi.Candi ini lebih tua dari
Candi Borobudur.Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas
tangganya.Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di
atasnya.didalam candi mendut terdapat 3 patung besar :
Cakyamuni yang
sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
Awalokiteswara
sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara
merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya, Vajrapani.Ia sedang
memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas telapak tangan.
Maitreya sebagai
penyelamat manusia di masa depan
Candi Muara
Takus
candi yang
berada di daerah Riau Sumatra Barat, candi agama Budha ini tepatnya terletak di
daerah muara takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang
lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini
dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir
Sungai Kampar Kanan. Umat Budha setempat bersembahyang rutin di candi itu.Sejak
beberapa tahun belakang ini, candi tersebut dijadikan sebagai lokasi upacara
peringatan hari suci Waisak.Masyarakat non-Budha, termasuk dari luar Provinsi
Riau, banyak yang berwisata ke candi ini. Gugusan candi dikelilingi tembok
setinggi satu meter seluas berukuran 74 x 74 meter. Setelah masuk ke kompleks candi,
segera nampak keunikan lainnya. Candi-candi di sana, seperti juga candi di
Muaro Jambi dan di kawasan Padanglawas Utara, Sumatera Utara, dibangun dengan
batu bata merah, bukan batu andesit seperti kebanyakan candi di Jawa.
Candi Sewu
Candi Sewu merupakan
candi budha yang berada dalam kompleks candi prambanan.Candi Sewu di bangun
pada saat masa kerjaan Matraman Kuno oleh Raja Pakai Panangkarang (746 –
784).Candi Sewu merupakan komplek candi Buddha terbesar setelah candi
Borobudur. Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan
dibuat oleh seorang tokoh sakti bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu
satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri dewi Roro Jonggrang.
Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya
masih kurang satu.
Candi Brahu
Candi Brahu
terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi
Jawa Timur.Brahu merupakan lokasi Ngaben (pembakaran mayat) era kerjaan
Majapahit.Nama Brahu di dapat dari sebutan untuk bangunan suci seperti
disebutkan dalam prasasti Alasantan, yang tidak jauh ditemukan dari candi
brahu. Candi Brahu dibangun dengan menggunakan batu bata sebagai bahan
utamanya, dengan panjang sekitar 18 meter,
lebar 22,5 meter, dan tinggi 20 meter.
Dari pintu masuk ke ruang bilik Candi yang terletak di sisi barat dapatlah
diketahui bahwa Candi Brahu menghadap Kearah barat. Di sekitar Candi Brahu
banyak terdapat temuan Candi-candi kecil
yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah,
dan Candi Gentong. Saat penggalian dilakukan di sekitar Candi, banyak ditemukan
benda-benda kuno seperti alat-alat upacara keagamaan dari logam, perhiasan dari
emas, arca, dan lainnya.
Candi Banyunibo
Candi Banyunibo
yang berarti air jatuh, adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi
Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah timur dari kota Yogyakarta ke arah kota
Wonosari. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan
Mataram Kuno.Pada bagian atas candi ini terdapat sebuah stupa yang merupakan
ciri khas agama Buddha.Keadaan dari candi ini terlihat masih cukup kokoh dan
utuh dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief lainnya yang masih
nampak sangat jelas.Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali
ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di
tengah wilayah persawahan.
Candi Ngawen
Candi Ngawen
adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah
Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang.Menurut
perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman
Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah
yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M. Candi ini terdiri
dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan
dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan
posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada
salah satu candi lainnya.Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup
jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Lumbung
candi lumbung
Disebut Candi Lumbung karena bentuk candi ini menyerupai lumbung padi. Berbeda
dengan Candi Prambanan yang merupakan Candi Hindu, Candi Lumbung ini merupakan candi Budha. Candi ini
diperkirakan dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.Candi
Lumbung terdiri dari sebuah candi induk yang dikelilingi oleh 16 buah candi
kecil (Candi Perwara) yang keadaannya masih relatif baik.Adalah candi yang
berada di dalam kompleks Taman wisata Candi Prambanan, tepatnya berada di
sebelah Candi Bubrah.Jaraknya dari Candi Prambanan adalah sekitar 500 meter ke
arah utara.Dari Kota Klaten jaraknya kurang lebih 15 km ke arah barat.
Candi Cetho
Candi Cetho
merupakan sebuah candi bercorak agama hindu peninggalan masa akhir pemerintahan
Majapahit (abad ke 15). Candi Cetho terletak di dukuh cetho, desa gumeng,
kecamatan jenawi, kabupaten karanganyar. Konon nama Cetho, yang dalam bahasa
Jawa berarti jelas, digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada karena
dari Dusun Cetho orang dapat dengan jelas ke berbagai arah. Ke arah utara
terlihat pemandangan Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang Gunung
Merbabu dan Merapi serta, lebih jauh lagi, puncak Gunung Sumbing.Ke arah barat
dan timur terlihat bukit-bukit hijau membentang, sedangkan ke arah selatan
terlihat punggung dan anak-anak Gunung lawu.Candi Cetho merupakan kelompok
bangunan yang terdiri atas 11 berundak yang membentang arah timur – barat.
Upacara Upacara Adar di Indonesia
Ritual tiwah –
Kalimantan Tengah
Ritual Tiwah
adalah prosesi menghantarkan roh leluhur sanak saudara yang telah meninggal
dunia ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang
kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung. Ritual Tiwah dijadikan objek
wisata karena unik dan khas. Banyak para wisatawan mancanegara tertarik pada
upacara ini yang hanya di lakukan oleh warga Dayak Kalteng
Kebo keboan –
Banyuwangi
Prosesi upacara
adat Kebo-keboan dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa Alasmalang.Awalnya
upacara adat ini dilaksanakan untuk memohon turunya hujan saat kemarau
panjang.Dengan turunnya hujan berarti petani dapat segera bercocok tanam.
Puncak prosesi
adalah membajak sawah dan menanam bibit padi di persawahan.Orang-orang yang
bertingkah seperti kerbau tadi dapat kesurupan dan mengejar siapa saja yang
mencoba mengambil bibit padi yang ditanam.Warga masyarakat Desa Alasmalang
berusaha berebut bibit padi tersebut karena dipercaya dapat digunakan sebagai
tolak-balak maupun untuk keuntungan.
Adu Kerbau
(Mapasilaga Tedong) – Toraja
Adu kerbau
diawali dengan kerbau bule.Partai adu kerbau diselingi dengan prosesi
pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong, yaitu menebas kerbau dengan
parang dan hanya dengan sekali tebas.Semakin sore, pesta adu kerbau semakin
ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah memiliki pengalaman
berkelahi puluhan kali.
Sebelum diadu,
dilakukan parade kerbau.Ada kerbau bule atau albino, ada pula yang memiliki
bercak-bercak hitam di punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung
(lontong boke).Jenis yang terakhir ini harganya paling mahal, bisa di atas Rp
100 juta. Juga terdapat kerbau jantan yang sudah dikebiri(konon cita rasa
dagingnya lebih gurih).
Rambu Solo –
Toraja
Rambu Solo
adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian.Bagi keluarga yang ditinggal wajib
membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang
telah pergi.
Setelah melewati
serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah
adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam goa.Nama
makamnya adalah pekuburan Londa.
Yang unik dari
upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan
yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi… konon katanya, wajah
boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal.
Pasola – Sumba
Ini adalah
bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba.Setiap
tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam
rangka memohon restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya
adalah apa yang disebut Pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan
oleh dua kelompok berkuda. Setiap kelompok teridiri dari lebih dari 100 pemuda
bersenjakan tombak yang dibuat dari kayu berdiameter kira-kira 1,5 cm yang
ujungnya dibiarkan tumpul.
Dugderan –
Semarang
Dugderan adalah
sebuah upacara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang.Dugderan
dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa.Kata Dugder diambil dari
perpaduan bunyi dugdug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan
dengan derr.Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai sepekan sebelum
dugderan. Karnaval yang diikuti oleh pasukan merah-putih, drumband, pasukan
pakaian adat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” , meriam , warak ngendok dan berbagai
potensi kesenian yang ada di Kota Semarang. Ciri Khas acara ini adalah warak
ngendok, sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga serta
kulit sisik emas.Visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni.
Acara ini dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga
diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan.
Tabuik –
Pariaman
Berasal dari
kata ‘tabut’ dari bahasa Arab yang berarti mengarak.Upacara Tabuik merupakan
sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan
secara turun menurun.Upacara ini digelar di hari Asyura yang jatuh pada tanggal
10 Muharram.
Konon, Tabuik
dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman sebagai peringatan
perang Karbala.Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang
mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad
SAW.
Dua minggu
menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan
berbagai persiapan.Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan
Tabuik.Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni
puasa.
Pada hari yang
telah ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan kelengkapan upacara
bersiap di alun-alun kota. Para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam
pelaksanaan upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.
Selain sebagai
nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen
penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu
serta kayu.Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang
tegap dan bersayap.Oleh umat Islam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap
sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi
sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan
akan di arak nantinya.
Satu Tabuik
diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang.Di belakang Tabuik,
rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa
aneka gendang, turut mengisi barisan.Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan
orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.
Saat matahari
terbenam, arak-arakan pun berakhir.Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan
selanjutnya dilarung ke laut.Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya
Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial.Di samping itu, momen ini juga
dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis
arakannya.
Makepung – Bali
Makepung, yang
dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba
pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di
Kabupaten Jembrana.
Tradisi ini
awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan
membajak sawah di musim panen.Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan
memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang
joki.
Makin lama,
kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak
kalangan.Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling
menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing.Tak hanya
itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan
dikelola secara profesional. Sekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh
kalangan petani saja,
para pegawai dan
pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun suporter. Apalagi,
dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang
hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun
menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang
terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.
Atraksi Debus –
Banten
Atraksi yang
sangat berbahaya ini biasa kita kenal dengan sebutan Debus. Konon kesenian bela
diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin
berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat Banten sebagai seni
hiburan untuk masyarakat.
Inti pertunjukan
masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata.Kesenian
debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang
pemain terhadap serangan benda tajam.
Kesenian ini
tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan
berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi
sebagai penyebaran agama.Namun pada masa penjajahan Belanda dan pada saat
pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni beladiri ini digunakan untuk
membangkitkan semangat pejuang dan rakyat Banten melawan penjajahan yang dilakukan
Belanda.Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, Belanda yang
mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih, terus mendesak pejuang dan
rakyat banten. Satu-satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan
leluhur yaitu seni beladiri debus.
Karapan Sapi –
Madura
Karapan sapi
merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura, Jawa Timur. Dalam
even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan
ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya
melakukan ritual arak-arakan sapi diselingi pacuan disertai alat musik seronen
(perpaduan alat musik khas Madura) sehingga membuat acara ini menjadi semakin
meriah.
Panjang rute
lintasan karapan sapi tersebut antara 180-200 meter, yang dapat ditempuh dalam
waktu 14-18 detik.Tentu kecepatan sapi – sapi tersebut sangat cepat. Selain
kelihaian joki terkadang bambu yang digunakan untuk menginjak sang joki
melayang diudara karena cepatnya kecepatan sapi-sapi tersebut.
Untuk memperoleh
dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki memasangi sabuk di pangkal
ekor sapi yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan
cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini
akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar
pantat sapi.
Jarak pemenang
terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1-2 detik
saja.Karapan Sapi di Madura merupakan pagelaran yang sangat unik.Selain sudah
diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang.Event
ini dijadikan sebagai event pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis lokal,
dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini.
Upacara Kasada –
Bromo
Upacara Kasada
bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo, Jawa
Timur.Mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun
disetiap desa.Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus
bisa mengamalkan dan menghafal mantera-mantera.
Beberapa hari
sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji-sesaji yang
nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada,
Masyarakat tengger berbondong-bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji
dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura
dan sambil menunggu Dukun Sepuh yang dihormati datang, mereka kembali menghafal
dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan
pemberkatan umat dipoten lautan pasir Gunung Bromo.
Bagi masyarakat
Tengger, peranan Dukun sangat penting.Karena mereka bertugas memimpin
acara-acara ritual, perkawinan, dll.
Sebelum lulus
mereka diwajibkan menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah
Upacara selesai, ongkek-ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo
ke atas kawah, lalu dilemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang
dilakukan oleh nenek moyang mereka.Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan
penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke
gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan
mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk yang
melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka
menganggapnya
sebagai kaul
atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang
melimpah.
Ngaben – Bali
Ngaben adalah
upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali.
Dalam prosesi
Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan
mulai berkobar menyulut sosok jenazah. Lama-kelamaan kobaran api mulai
menghanguskan jazadnya yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan keduniawian
dari orang yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas, maka
semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian kesucian
Illahi di alam sana.
Beberapa hari
sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang meninggal dibantu
oleh masyarakat membuat "Bade" dan "Lembu" yang sangat
megah yang terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya.
"Bade" dan "Lembu" ini merupakan tempat jenazah yang
nantinya dibakar.
M. Hanif Arzaq - X6
0 komentar:
Posting Komentar